[Review - Buku] A Week To Forever by Stephanie Zen
5:56 PMUDAH LEBIH SETENGAH TAHUN DI 2016 DAN BELUM ADA REVIEW BUKU?!
Ini menyedihkan. Sebagai penulis, yang mana harus rajin membaca untuk bisa menjadi penulis yang baik, fakta ini menyedihkan. Dan bukan cuma review, gue juga emang ga baca novel sama sekali di 2016 ini. Kalau diliat, di bulan Februari, gue rajin review film karna emang lagi rajin nonton. Tapi, novel Me Before You yang nyarinya udah kayak nyari harta karun itu, dan film nya bahkan udah tayang di luar negeri - dan gatau bakal masuk di Indonesia apa enggak - itu, belum juga beres gue baca. Padahal dulu targetnya mesti udah selesai baca sebelum film nya rilis.
Iya, dulu. Saking udah lamanya gue mulai baca itu buku, tapi gak kelar-kelar.
Tapi, kalau dilihat lagi di 2015, gue juga baru bikin review buku 2015 di bulan Oktober. Dan sepanjang 2015, cuma 1 buku doang yang gue review. Lebih menyedihkan :(
Padahal gue lagi menggalakkan rajin membaca di 2016, sampe bikin reading challenge di goodreads kalo harus baca 10 buku di 2016. Dan yang terselesaikan baru 1. SATU. SA-TU.
Sangat menyedihkan.
Ya sudah lah. Tanpa perlu berlama-lama lagi, mari kita tulis review kali ini.
Padahal sekarang, Amaya sudah bertunangan dengan seorang pria yang dijodohkan oleh orang tuanya, dan mereka akan menikah dalam waktu dekat. Waktu yang amat sangat dekat. Beberapa bulan lagi saja. Tapi pertemuan seminggu di Singapura itu juga bukan pertemuan singkat yang mudah dilupakan. There's too much there. Too much new thing, too much old memories, too much feelings, just too much.
The only problem from this book is, yeah right, the ending. YES! SPOILER ALERT! Pada akhirnya, pernikahan Amaya dan Caleb itu akhirnya tidak jadi, karena Caleb, ternyata menghamili salah satu rekannya di kantor, yang, well yeah, kebetulan banget, waktunya bersamaan dengan waktu Amaya had business trip itu ke Singapura. Kalau gue gak salah inget sih. Atau justru pas Amaya ke Singapura, disitu rekan Caleb bilang kalau dia hamil, anak Caleb. Yah, pokoknya semacam itu. Dan kemudian Caleb merasa berdosa, dan tidak jadi menikah, karena, ketika di depan Altar, di hadapan Amaya, disaksikan puluhan mata, setelah ditanya lagi oleh Pastor, dia tidak sanggup mengucapkan janji setianya.
Yeah, the main character do nothing wrong. Saved by the bastard over there.
No, I'm not complaining. Finding a good ending is not easy. And else, every possibilities seems used by other people already. And of course, people want a happy ending. And yes, as a writer, you will love your character that much.
I understand.
Out of 5 stars, I will give this book 3,7. As I said, this is good. Gue gak langsung tamat beres baca dalam a day or two sih, soalnya bacanya juga sepanjang perjalanan pulang dari kantor, di bus transjakarta, itu pun kalo lagi kebagian duduk, atau berdiri tapi bisa senderan.
But I have to admit also, ada scene-scene atau halaman-halaman yang, ketika gue membaca itu, bisa bikin gue senyum-senyum sendiri ngebayangin adegannya di kepala gue.
So yeah, it's good.
Gue cuma berharap gue bisa lebih rajin baca, dan lebih rajin tulis juga, dan accomplish my target for book challenge 2016 di goodreaads, di tahun ini.
PS: this post is actually being written around last week, sekitar tanggal 5an pas libur lebaran, tapi sebelum gue selesai nulisnya, laptop sudah mati di starbucks, dan gue ga beres nge review.
July 14th, 2016, 17:57
Cheers !
RAP
0 comments