[Review - Buku] The Architecture of Love by Ika Natassa
1:23 PMAkhirnya tibalah kita di bulan Desember, dan bahkan ini sudah tanggal 26, dan bahkan post bulan ini tidak ada sama sekali, dan bahkan, setelah dilihat lagi, selama setahun ini, review buku di blog ini cuma ada SATU. Ini menyedihkan!
Kalau merujuk pada keterangan di Goodreads, dari 10 books yang gue set untuk Reading Challenge 2016 gue, sampai saat ini gue baru selesai 60 persennya, which is, yes, 6 buku. Novel yang sudah gue beli dan sekarang sedang proses dibaca, ada 2, yaitu Wonder Fall-nya Elektra Queen dan Finding Ciderella-nya Colleen Hoover. Sementara 2 novel baru beli yang bahkan belum dibuka bungkusannya adalah The Trial nya Franz Kafka dan Secangkir Kopi dan Pencakar Langit-nya Aqessa Aninda. Harusnya, kalau semuanya bisa gue selesaikan dalam sisa 4 hari tahun 2016 ini, harusnya, gue bisa menyelesaikan Reading Challenge gue.
Yang mana, hal itu mustahil terjadi.
Sudahlah, openingnya sudah cukup. Sudah cukup gue mengeluh soal kebiasaan lama gue, yang suka lupa nulis di blog terus komplen di ending-nya. Mari kita langsung saja ke pokok pembicaraan. And here's the review.
Ke kota itulah Raia, seorang penulis, mengejar inspirasi setelah sekian lama tidak mampu menggoreskan satu kalimat pun.
Raia menjadikan setiap sudut New York "kantor"-nya. Berjalan kaki menyusuri Brooklyn sampai Queens, dia mencari sepenggal cerita di tiap jengkalnya, pada orang-orang yang berpapasan dengannya, dalam percakapan yang dia dengar, dalam tatapan yang sedetik-dua detik bertaut dengan kedua matanya. Namun bahkan setelah melakukan itu setiap hari, ditemani daun-daun menguning berguguran hingga butiran salju yang memutihkan kota ini, layar laptop Raia masih saja kosong tanpa cerita.
Sampai akhirnya dia bertemu seseorang yang mengajarinya melihat kota ini dengan cara berbeda. Orang yang juga menyimpan rahasia yang tak pernah dia duga.
Kalau berdasarkan keterangan di Goodreads, gue beres baca novel ini sekitar Oktober 2016, beresinnya 4 hari, dan, seingat gue pun, gue memang ga lepas sebelum bukunya beneran selesai gue baca. Gak kayak beberapa novel yang lagi di currently-reading shelves gue, yang bisa dibaca gantian, cepet bosen, dan suka ditinggal begitu saja. Yep, Ika Natassa still have that magic in this book.
Novel Ika Natassa yang pertama kali gue baca, adalah Critical Eleven. Pun gue sudah nulis resensinya disini. Dan, as I said, sebelumnya, gue bukan termausk penggemar Kak Ika, not until my former office signed agreement with her to make her book, Twivortiare, into a movie. Speaking of which, gue urusin perintilan itu kontrak dari 2015, sampe ini 2016 sudah mau abis, gue sudah keluar setahun lebih dari itu kantor, dan that movie is still far from the word finish. Gue rasa bahkan mungkin belum cari cast nya. Well, let that MD thing become MD thing, I don't need to spoil it here.
Jadiii, baiklah, review buku. This book, is about Raia Risjad and River Jusuf. Raia, penulis, kabur ke NY untuk melarikan diri dari rutinitas nulis buku - diterbitin - best seller - promo buku seluruh Indonesia - latest thing bahkan promo film seluruh Indonesia - capek. The circle will remain the same, tapi, kali ini, ada alasan lain dia pergi ke NY. Bukan cuma rutinitas yang melelahkan. Tapi, karena dia sudah bercerai dengan suaminya. And we need to talk about it.
Clearly I'm not married yet. I never even have a relationship before, well yeah. So, probably I'm the only one who think this is weird, but Alam's reason to left Raia is quite, idk, confusing? Ya sih, kalau sudah nonton serial banyak-banyak, palagi Grey's Anatomy belasan season itu, well, I get it. Ninggalin orang pas orangnya lagi sayang-sayangnya, dengan alasan absurd, memang acceptable, somehow, di series, dan itu, like, di luar sana, di Amerika. Tapi kalau misal di Indonesia begitu, somehow, gue ngerasa kayak ya aneh saja. Sedikit dipaksakan, probably, tapi acceptable lah.
Alasan Raia kabur karena akan ditanya-tanya keluarga, apalagi scene dia ke nikahan sepupunya, semalas itu ke nikahan sepupunya, karena bakal banyak judgement sana sini, itu bener-bener understandable. Completely got it. Dan langsung dilanjut dengan River yang ada disana, dan kemudian ditutup dengan,
"Kamu mau apa Riv?"
"Aku mau... kamu,"
ITU SUKSES BIKIN GUE GEGULINGAN DI KASUR! Yeah, maafkan jiwa labil gue, but there, right there, gue langsung ngebayangin di kepala gue scene itu, dan, it will beat all those chick-flick romance thing out there, yang kayak ala-ala Hollywood gitu. It sure will beats those romance thing. It will, hear me out.
Okay, 1 scene and I got crazy. Pardon me.
Anyway, jadi, kita sudah tau Raia kenapa. Dia ditinggal suaminya, justru ketika, bisa dibilang, dia sedang di titik bahagia. Bukunya difilm-kan, film nya juga cukup bagus, kehidupan pernikahan mereka baik-baik saja, pokoknya bahagia. Well, kecuali masalah anak. Dan, jujur, ketika akhirnya ditambahkan bahwa anak juga jadi faktor Alam ninggalin Raia - dan bukan cuma perkara Raia membicarakan mengenai hidup mereka di film itu - gue akhirnya bisa menerimanya.
Sekarang River Jusuf. Dia kenapa? Sebelumnya, ya well, namanya sangat menarik ya. Bapak Sungai. Dingin, ga banyak bicara, hobi gambar, and ended up, he's architect. Yeah yeah, emoji mata penuh heart icon sudah bisa dikeluarkan. But then, something happen to him too. He also has a past.
When I read "membunuh istrinya", di kepala gue cuma ada "paling kecelakaan mobil". And, again, I was right about it. Just like, I was right about the ending of CE (read my review, please, link nya di atas), will be, them having a baby. Or babies. Yang, akhirnya sih 1 doang ya, gak 2 anaknya. Not blaming at all, no, soalnya, memang ya, sesulit itu juga sih cari yang lain. Kalo ngebunuh beneran as in ngebunuh, that would be crime story instead of romance. But, I just kinda hate it when it's predictable.
This book will bring you around NY, there's no doubt about it. Gue selalu suka dengan penjabaran yang detail, walaupun kadang ada beberapa yang gue skip, bukan karena alasan apapun, tapi takut makin ingin kesono, padahal ga mampu :(. The way Ika Natassa tells story, itu somehow membuat lo kayak memang lagi jalan-jalan, ngintil di belakang mereka berdua, going here and there, dan kemudian, bisa percaya, kalo bahkan, diem-dieman itu seru. Karena, lo punya kegiatan bersama, and that's enough. Being together is the point, without the need to do exact same thing. Being together is what counts.
As I said on Goodreads too, I love Critical Eleven more, but I still gave 4 for this books. If CE gots 4,5 this will got 4,2. Anya dan penderitaannya soal anak yang tidak sempat dia lihat, cuma bikin gue mengingat ingat karya tersohor Ernest Hemingway, the shortest novel ever, yang "For sale: baby shoes, never worn". And damn! Itu beneran bikin luka makin tersayat-sayat bacanya.
Now that we reach that point - talking bout CE over and over -, let me rant a little bit more. Critical Eleven bakal difilm-kan. Probably around next year bakal keluar. Dan gembar-gembornya luar biasa banget. I will, again, be completely honest here. Waktu diumumin bahwa cast of Ale-Anye is Reza Rahadian, I was, kinda dissapointed. Like, there is no other actor in the entire Indonesia? He's just, too much. Too much movies, that's what. I even tweeted that I will not watch it in cinema cause he's Ale. But now, seeing all those spoilers and pictures and errthing promoting the movie, there might be a chance I watch it on cinema.
Anyway, this, this The Architecture of Love novel is special, because it is also, the very first novel yang awalnya diangkat dari Pollstory nya Twitter. And somehow, masih ada lanjutan-lanjutannya di twitternya Ika Natassa, yang, although cuma 2 part, tapi itu juga sudah bikin kangen ke Bapak Sungai cukup terobati. You can read the post-stories here.
In fact, the reason akhirnya gue nulis blog lagi adalah, sebenernya tadinya mau ikut lomba bikin resensi Critical Eleven, tapi terus sadar sudah pernah nulis review nya. Terus kepoin twitter Ika Natassa, terus baru inget ada lanjutan River-Raia episode 2 tanggal 24 kemaren, terus akhirnya mutusin dan membulatkan tekad menulis resensi di blog.
Sudah ah, kepanjangan. Iya sih, di kantor juga memang segabut ini karena masuk di jadwal cuti bersama. Tapi kan, kita mau lanjutin nulis naskah dan juga review film filipin :))))))
December 26th, 13:21
Cheers !
RAP
0 comments